Kau dan Rinduku #2


Tanggal 3 November 2011, adalah harimu. Hari di mana dirimu sudah tidak bisa menggunakan ilmu "menggaet wanita"mu. Engkau telah mengucapkan sumpah sehidup semati dengannya. Waktu pacaran yang kurang dari satu tahun ternyata cukup membuatmu yakin bahwa dialah belahan jiwamu yang sesungguhnya. Waktu yang cukup singkat untuk mengenal diri dan keluarga kalian masing-masing. Mungkin benar kata kebanyakan orang, menjalin hubungan "pacar" yang lama tidaklah menjamin bahwa dia adalah jodoh yang diciptakan Tuhan. Dengan perempuan sebelumku, kau hanya menjalaninya selama tujuh bulan. Denganku, kau hanya menjalaninya selama delapan bulan. Dengan perempuan asli padang, kau menjalaninya selama satu tahun dua bulan. Dan ternyata, semua itu tidak berarti apa-apa buatmu, karena sekarang kau telah memiliki orang lain lagi untuk selama-lamanya.

Sungguh, aku bahagia dengan pernikahanmu. Aku hanya bisa mengucap ini lewat SMS. Ya, karena aku tidak bisa datang waktu itu. Mungkin kau justru sangat senang melihatku tidak datang. Ada dua kemungkinan rasa senang yang kau alami. Pertama, kau senang karena menganggap aku akan bersedih dan menyesal atas apa yang aku dulu aku lakukan padamu. Kedua, kau senang karena istrimu tidak akan melihat salah satu mantan pacarmu datang di hari spesialmu, paling tidak kau merasa lega. Tidak apa-apa jika kau menganggapnya seperti itu.

Aku tidak tahu apakah kau masih mengingatku atau telah melupakanku. Yang jelas aku sering memata-mataimu lewat jejaring sosial. Salahkah? Ini rindu atau cuma penasaran? Padamu aku sering mempertanyakan dendam yang kau sebarkan. Aku ingat kau pernah mempertanyakannya padaku (meski kau tidak menyebutkan nama). Aku bilang, aku tidak pernah menyimpan dendam padamu meski kau dengan gencar membuatku patah dan hancur. Aku tidak akan patah dan hancur cuma gara-gara ulah tingkahmu yang tak menghargai orang lain, tidak sopan, dan keras kepala yang sejak dulu kau pelihara. Justru itu semakin menguatkan aku, menguatkan argumenku tentang kau, bahwa kau memang tidak layak untuk mendapatkanku. Kau terlalu kerdil dibandingkan diriku. Usia yang terpaut jauh dan status pendidikan yang yang terlalu "njegleg" membuat kita beda pemikiran. Maaf, bukan maksudku untuk menyudutkan. Tapi itulah kenyataan.
Sadari rindu ini untukmu hanya sebatas rindu seorang adik terhadap kakaknya.

Komentar

Postingan Populer