Kepalsuan yang Terjadi di Dunia Seni dan Hiburan

Merasa miris setiap aku baca berita tentang kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini. Bukannya makin membaik, tetapi justru makin parah. Pagi ini kubaca berita tentang kontroversi Denny J.A. dengan puisi esainya. Ranah sastra rupanya telah ternoda dengan hadirnya Denny J.A. Buku 33 tokoh Sastra yang Paling Berpengaruh, ramai-ramai diboikot oleh banyak sastrawan yang tak setuju jika puisi esai dimasukkan dalam kesusastraan. Berita yang lebih mengejutkan lagi adalah pengakuan Ahmadun Y. bahwa ia menyesal menerima tawaran membuat puisi esai. Hanya karena iming-iming imbalan dari Denny J.A. yang tak sedikit (10 jt-red), ia mau menulis puisi yang sebenarnya sangat bertentangan dengan hati nuraninya. Bisa jadi, Denny juga membayar para juri agar namanya dimasukkan ke dalam buku 33 tokoh sastra yang paling berpengaruh. Ah, dasar orang kaya! Bingung mau buang uang kemana? Banyak rakyat kita yang lebih membutuhkan, Bung! Daripada kau buang uang itu hanya untuk merusak suatu nilai estetik dari seni sastra, lebih baik kau bangun sekolah di pedalaman yang belum tersentuh oleh pendidikan. Aku sebagai mahasiswa lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia, merasa sedih sekaligus geram. Estetik itu mahal dan tak mungkin bisa dibeli. Semoga buku itu tak merusak pikiran anak-anak yang sedang mendalami dan belajar tentang sastra khususnya puisi.
Kemirisan tidak berhenti sampai di situ saja, lihatlah tayangan-tayangan televisi akhir-akhir ini. Semuanya berisi pamer kekuasaan dan hedonisme. Yang paling eneg adalah acara YKS. Kupikir acara itu harus segera disudahi karena sama sekali tidak ada unsur yang mendidik. Dari awal acara sampai akhir acara, semuanya hura-hura, nari-nari, bagi-bagi hadiah, mbully orang, dan ketawa ketiwi gak jelas. Apalagi yang namanya Caesar! Pengen banget rasanya nglempar sandal kalau dia lagi nari-nari dengan gayanya yang sok populer. Apa sih hebatnya dia sampai dipuja-puja sama banyak orang? Bukannya sirik sih, tapi aku hanya kasihan melihat orang-orang dibodohi dengan tarian yang "gak banget". Tayangan kayak gitu kok masih banyak aja orang yang nonton ya? bahkan sampai tertawa terpingkal-pingkal melihat gaya artis-artis YKS. 
Kelemahan industri pertelevisian, permusikan, dan perfilman saat ini adalah pasar. Kebanyakan mareka hanya mengikuti maunya pasar. Jika pasar senang maka ratting penjualan akan semakin meningkat. Jadilah yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Untung bagi mereka, rugi bagi kita. 
Yah, untuk membangun sebuah bangsa yang berkarakter haruslah menjadi manusia yang rela berkorban. Rela berkorban di sini artinya rela dicemooh dan disingkirkan karena dianggap berbeda. Nantinya secara perlahan, mereka yang mencemooh akan sadar, bahwa kitalah yang benar. Prinsip juga harus dipertahankan. Pandang dunia dengan lapang dan jangan mudah larut dalam kepalsuan.
Terima Kasih.


Komentar

Postingan Populer