Memasak: Bukan Kodrat Perempuan
Dulu memasak adalah
keahlian yang harus dikuasai oleh kaum perempuan. Orangtua yang memiliki anak
perempuan, sedari kecil sudah dibiasakan mengenal dapur. Ketika beranjak
remaja, anak perempuan itupun sudah mengenal dan dapat memasak berbagai sayuran
dengan rasa yang sempurna. Dengan dikenalkan memasak sejak dini, diharapkan agar anak perempuan mereka
tidak malu-maluin ketika sudah menikah nantinya. Malu-maluin dihadapan mertua
dan dihadapan suaminya kelak. Perempuan yang tidak bisa memasak diangap tidak
bisa merawat dan tidak bisa membahagiakan suaminya. Begitupun dengan pihak
laki-laki, kebanyakan dari mereka mencari calon istri yang bisa memasak. Kata
artikel yang pernah kubaca di kompas.com, para lelaki itu sangat suka bila
dimanjakan dengan makanan. Tentu saja buatan istri atau perempuan yang
dicintainya.
Itu dulu, sekarang
zaman sudah bergeser. Tentunya ke arah yang lebih modern. Para perempuan tidak
lagi dituntut orangtuanya untuk pandai memasak melainkan ditutut supaya dapat
meraih pendidikan yang setinggi-tingginya. Jangan mau kalah dengan lelaki.
Untuk urusan masak-memasak, sekarang bukan lagi menjadi suatu keharusan untuk
menjadi seorang istri. Memasak dapat dipelajari sambil jalan. Maksudnya bisa
dipelajari disaat-saat waktu senggang. Memasak bukanlah kegiatan wajib bagi
seorang perempuan terutama istri. Lagipula, sekarang banyak pasangan suami
istri yang mempekerjakan “rewang” untuk membantu mengurusi rumah termasuk
memasak.
Di saat para perempuan
sudah bergeser ke arah pemikiran yang lebih modern dan praktis, ternyata masih
ada lho lelaki yang menuntut pasangannya untuk pandai memasak. Mereka
memasukkannya ke dalam daftar kriteria calon istri. Bahkan mereka sangat
mengidolakan chef-chef perempuan yang sering nongol di televisi. Chef Farah Quinn
atau Chef Marinka misalnya, mereka perempuan yang sangat jago memasak. Sudah
cantik, seksi, pintar memasak pula. Ah, sebenarnya yang lelaki lihat dari
mereka cantik dan seksinya atau pintar memasaknya sih? Bisa jadi kesemuanya.
Lelaki itu suka dimanjakan matanya dan lidahnya. Iya apa iya hayooo para
lelaki? Hahaha...*tertawa penuh kemenangan. Dan sebenarnya lelaki tipe mencari
perempuan yang bisa memasak, adalah tipe lelaki yang tak mau disaingi perempuan
dalam hal karier.
Nah, itu tadi kan baru
sebagian lelaki, yang sebagian lagi ke mana? Ya, yang sebagian lagi adalah
lelaki yang pikirannya sudah terbuka, laki-laki yang tidak egois, lelaki yang
mau bersaing secara sehat dengan perempuan di dalam pekerjaan. Banyak kok
contohnya, gak usah jauh-jauh deh..Bapak-bapak penjual nasi goreng dan mie
goreng tek-tek, mas-mas jualan penyetan, martabak, dan warung-warung makan
tenda lainnya, serta Aa’ Burjo. Semuanya berjenis kelamin laki-laki.
Kompetisi-kompetisi memasak yang dilaksanakan, juga ada yang laki-laki. Menjadi
juara pula, yah meskipun juara 2, tapi tetap saja juara. Para lelaki gak terima
nih kayaknya kalau disamakan dengan Aa’ penjual Burjo...Ups, jangan salah,
mereka itu juga bekerja demi keluarganya. Itu adalah salah satu jenis tanggung
jawab. Jadi sama-sama cari nafkah kan? Kenapa harus gengsi mengakui bahwa
lelaki itu juga bisa dan pandai memasak, bahkan lebih enak daripada masakan
perempuan.
Aku sih cuma mau
bilang, lelaki yang pandai memasak itu seksi. Melihat lelaki memasak itu
sungguh menggemaskan. Mungkin aku bisa bilang begitu karena aku tak pandai
memasak. Lain lagi mungkin kalau yang melihat itu perempuan yang jago memasak. Hm..tak
apa tak pandai memasak, cukup bisa saja. Bisa masak air, bisa masak mi instan,
bisa masak nasi pakai magiccom, dan sedikit bisa menggoreng telur serta tahu
tempe hahaha...Namun, kata teman yang sudah berumah tangga dan dia hanya bisa
masak, besok itu kalau sudah berumah tangga pasti akan terbiasa masak. Yang
tadinya hanya bisa menjadi pandai. Jadi, lebih tegasnya, memasak itu bukan
kodrat perempuan. Lelaki tak boleh seenaknya menuntut bahwa perempuan harus
pandai memasak.
Aku sexy donk.
BalasHapusAku kan jago masak.