Hari Kematian Demokrasi





Ngomongin politik itu tak akan ada habisnya. Apalagi kalau yang diajak omong beda aliran. Wah, jelas masing-masing akan membela alirannya sendiri sendiri. Berita politik yang masih hangat sampai saat ini adalah tentang UU PILKADA. UU PILKADA sendiri diusung oleh Koalisi Merah Putih, bentukan Prabowo. Mereka mengajukan UU PILKADA tak langsung ke DPR. Alasan yang dipakai yaitu Pancasila sila ke empat, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”, kata mereka demokrasi yang selama 16 tahun (1998-2014) tidak sesuai dengan sila tersebut. Menurut mereka, pemilihan secara langsung telah melenceng dari nilai-nilai pancasila karena di sila itu tertulis kata “perwakilan”. Selain alasan tidak sesuai dengan pancasila, mereka juga mengungkapkan ketidaksetujuan pemilihan langsung karena banyak menghabiskan biaya.

Haduuh, menurut saya semua itu hanya alasan yang dibuat-buat. Itu hanya akal-akalan koalisi Merah Putih agar mereka tetap bisa menguasai Negara. Alasan tidak sesuai dengan sila ke empat itu tidak benar, pemahaman mereka tentang sila tersebut masih dangkal. Maksud dari sila tersebut adalah untuk mengambil keputusan bersama mengenai sebuah masalah bukan tata cara pemilihan kepala daerah. Ah, seandainya Presiden Sukarno masih hidup pasti tak akan jadi seperti ini. Lalu alasan menghemat biaya. Sebenarnya justru pemilihan langsung itulah yang menghemat biaya karena dilaksanakan serentak dalam satu waktu. Kalau pemilihan tidak langsung, pasti pelaksanaannya berhari-hari. Nah, setiap harinya saja bisa mengeluarkan biaya banyak untuk snack anggota DPR, belum nanti bagi-bagi uangnya pasti lebih gede. Malah ngabis-abisin uang negara kan kalau begitu. 

Kemarin ini, ada teman yang posting gambar




 

Sebenarnya masih ada beberapa komentar lagi, tapi rasanya itu saja sudah cukup. Ada satu orang yang ngotot banget kalau semua tuduhan tersebut gak bener. Saya pikir, dia cuma orang biasa, eh tak tahunya dia anggota partai Gerindra. Pantesan dia ngotot mempertahankan partainya. Dari situ saya langsung berpikir, ikut dalam sebuah keanggotaan partai ternyata bisa menutup mata dan hati. Mungkin waktu masuk menjadi anggota, dia disumpah untuk membela dan mempertahankan partainya jika sesuatu terjadi. Apapun yang terjadi, tetap partai yang diutamakan. Duuh, kalau begini bagaimana bisa tahu keluhan-keluhan rakyat bawah. 

Oya, mengenai gambar, rasa-rasanya gak masalah tuh. Ada banyak gambar yang serupa bahkan lebih parah karena background tulisannya gambar nisan. Gambar-gambar seperti itu sudah beredar di dunia maya. Jadi gak ada yang salah. Kami hanya menyuarakan apa yang kami perjuangkan dan rasakan. Kalau apa-apa gak boleh, apa-apa dibungkam, ya namanya kemunduran ke jaman orde baru dong! Kami kan ingin kemajuan bukan kemunduran.

Berita terbaru yang saya dapat adalah, MK menolak uji materi. Artinya, bangsa kita mengalami kemunduran. Ya, sudah. Mengalah bukan berarti kalah. Ayo Pak Jokowi-JK, kuatkan tameng kalian. Rakyat setia membantu. Mereka lupa satu hal, kekuasaan tertinggi itu ada di tangan rakyat! Hidup rakyat! Yang haus akan kekuasaan akan tumbang dimakan kekuasaan itu sendiri.
Oya, satu lagi ini, enaknya si Sengkuni Rais itu diapakan ya biar sadar? Apa perlu dikasih air kelapa, biar jin dan setan-setan yang menguasai dirinya keluar?

Komentar

Postingan Populer