Teror Petasan di Bulan Ramadhan


megapolitan.kompas.com

Satu hal yang tidak saya suka dari bulan Ramadhan, yaitu petasan. Tiap malam menjelang salat Terawih, pas waktu salat Terawih, pun setelah selesai salat Terawih, ada saja yang menyalakan petasan. Biasanya sih anak-anak kecil yang suka mainan. Anak kecil yang tidak diajari orangtuanya untuk tidak mengganggu ketenangan ibadah atau berhemat. Maksudku, buat apa buang-buang uang untuk membeli sesuatu yang tidak ada lima menit habis terbakar. Mungkin orangtua yang membolehkan anaknya untuk membeli petasan punya pohon uang di halaman rumahnya. Kalau saya ngomong begitu pasti banyak yang protes, "Ya terserah kami dong, uang-uang kami." Oke, saya maklum kalau begitu alasannya. Tapi apa anak kalian tidak diajarkan untuk menghormati orang lain yang sedang melaksanakan ibadah? Hormati juga dong orang-orang yang tidak suka dengan suara petasan yang menggelegar seperti bom dan rudal yang ditembakkan oleh negara tetangga yang tak pernah menyelesaikan perangnya.

Bayangan saya, saya seperti di tengah tengah perang dan ingin rasanya melarikan diri ke tempat yang tenang dan sunyi tanpa dikagetkan dengan bunyi petasan. Lebay ya? Biarin! 
Fakta juga mengungkapkan, sebenarnya mereka yang menyalakan petasan juga menutup kupingnya demi meredam suara yang dihasilkan petasan yang mereka nyalakan. Kok percuma ya menurut saya? Itu sama saja dengan orang suka nonton film horor tapi pas hantunya keluar malah tutupan mata. Di mana letak keseruan dan keasyikannya? Owh..bisa jadi cuma suka sama muka aktor dan artisnya *mikir keras

Ya itu, sama dengan petasan. Mereka menyalakan petasan, kemudian lari menjauh sambil tutup kuping. Mungkin mereka senang atas reaksi orang orang sekitar yang kaget dengan bunyi yang mereka hasilkan. Mereka akan tertawa terbahak bahak melihat mimik orang lain kaget mendengar suara petasan. Lucu kata mereka. Iya! Memang reaksi orang berbeda-beda ketika kaget. Masih terlihat lucukah kalau orang yang kaget ini, jantungnya langsung berhenti berdetak saking kagetnya? Pleasee...main petasan tidak selucu itu.

Ramadhan tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, ada beberapa korban dari petasan. Ada yang tangannya terbakar, ada juga yang sampai meninggal karena ledakan petasan yang kecepetan. Tahun ini saya belum mendengar berita tentang itu. Apa saya yang tidak update ya? Ah, tapi semoga peristiwa tersebut tidak terulang. Toh beberapa daerah di Indonesia pemdanya sudah melarang warganya untuk berjualan dan membunyikan petasan. Tapi ada juga lho yang penjual yang katanya sudah mendapatkan izin dari polsek untuk berjualan petasan, kembang api, dan sebagainya! Di kotaku contohnya. Lebih ngeri lagi, lapaknya berada di sebelah masjid persis. Dan ketika saya melewatinya, pasti lapaknya dikerubungi banyak orang dari yang bapak-bapak, ibu-ibu, mbak-mbak, mas-mas, sampai anak-anak. Ini siapa yang mestinya disalahkan? Eh bukan siapa sih, tapi apa. Lebih tepatnya. 
data.seruu.com
Gampang sebenarnya untuk melatih anak agar tidak merengek minta dibelikan petasan. Beri pengertian, bahwa fungsi petasan hanya untuk didengarkan. Kalau sudah ada teman yang beli petasan, tinggal ngikut aja. Toh sama saja bisa mendengarkan. Begitupun dengan kembang api. Yang dilihat dari kembang api kan hanya pendar-pendar cayaha yang melesat keluar dari tabung berdiameter kurang lebih 2 cm. Kalau hanya itu, buat apa membeli? Lihat saja punya orang lain yang menyalakannya. Ajarkan pula anak untuk memilah antara kebutuhan prioritas dan yang tidak prioritas. Uang Rp50.000,00 dibelikan petasan hanya habis dalam waktu 5 menit dengan uang Rp50.000,00 dibelikan mainan yang lebih mendidik dan awet sampai bertahun-tahun, lebih pilih yang mana? Atau ajarkan anak untuk menabungnya dan kelak jika sudah terkumpul banyak bisa membeli sesuatu yang lebih berguna.  

Lalu bagaimana jika anak terpengaruh teman-temannya? Ajarkan pula anak dengan pentingnya memiliki prinsip. Prinsip ini ditanamkan ke anak sejak dini. Orangtua juga harus pintar-pintar menanamkanya. Ada yang namanya ilmu hypnoparenting. Hypnoparenting adalah cara mendidik anak dengan memasukkan sugesti sugesti kepada anak agar anak mudah dibentuk karakternya. Sugesti sugesti ini diberikan ketika perasaan dan hati anak sedang dalam kondisi yang bagus, tidak dalam keadaan marah. Atau bisa juga dibisikkan ketika anak sedang dalam tahap tidur ayam. 

Ngomong-ngomong kenapa tulisan ini jadi melebar yaa? Jadi gak sesuai sama judulnya ya. A..sudahlah, sebagai penutup, bagi saya petasan itu merupakan teror di bulan Ramadhan. Tapi tidak apa-apa, menyenangkan orang lain di bulan Ramadhan juga merupakan ibadah. Jadi sabar dan ikhlas saja biar pahalanya nambah. Didoain aja orang-orang petasan itu, agar mereka sadar eh jangan ding, kalau mereka sadar aku gak dapat pahala dari mereka dong! Halaaah...hahaha.

Mohon Maaf Lahir dan Batin, Kawan..Selamat berlebaran :-)
*H-3

Komentar

Postingan Populer