Latahnya Orang Indonesia

Sejak 2014 akhir, banyak bermunculan penggemar batu akik. Entah dari mana, dan siapa yang memulainya, batu akik ini mulai digemari dari orang tua, muda, bapak-bapak, ibu-ibu, sampai anak-anak. Batu akik menjadi terkenal. Padahal setahu saya, batu akik sudah ada sejak jaman dahulu kala. Ketika saya masih kecil, saya sudah banyak yang melihat orang-orang menggunakan batu akik sebagai hiasan cincin. Tentu saja, yang memakai batu akik itu adalah simbah-simbah, atau bapak-bapak yang umurnya sudah tua. Saat itu cincin batu akik memang identik dengan kata "tua".

Sekarang, hampir semua orang memakai batu akik untuk perhiasan atau cuma sebagai koleksi saja. Harga batu akik yang memang bagus bisa mencapai ratusan ribu bahkan ada yang jutaan ribu. Kalau yang ecek-ecek sih paling cuma puluhan ribu. Sekarang juga bermunculan pedagang-pedagang batu akik di mana-mana, di pasar, di emperan jalan, bahkan sampai ada yang buka lapak di depan Alfa***r. Iya, serius, saya pernah melihatnya di sekitar jalan Solo. Atau yang lebih parah lagi, di warung makan pun, ada lho yang jualan batu akik. Duh! Oiya, sampai-sampai batu akik ini dibikinkan pameran sendiri. Pameran batu akik. Saya pernah mendapatinya di Purworejo. Di Jogja pun saya juga pernah melihatnya. 

Saya jadi merasa kasihan dengan orang yang sudah menggemari dan memakai batu akik sebagai perhiasan sejak dahulu kala. Kasihan bila nanti dituduh cuma ikut-ikutan, latah, dsb. Kesan unik dan antimainstremnya sudah hilang sejak negara batu akik melempari Indonesia dengan berkwintal-kwintal akik. Dulu orang yang memakai dan mempunyai batu akik dianggap orang yang unik, nyeni, dan nyentrik. Sekarang semua predikat itu hilang. Batu akik sudah tidak mempunyai nilai tersebut karena sudah digemari orang banyak. Nah, latahnya orang Indonesia itu ya begini ini. Satu orang pakai, seluruh orang di Indonesia jadi pengen pakai. Apalagi jika yang pakai orang penting, pejabat misalnya, waaah...langsung semuanya latah ingin pakai juga.

Saya ini termasuk orang yang tidak menyukai sesuatu jika sesuatu itu digemari orang banyak. Dalam hal apa pun selalu begitu. Sepatu Crock, dulu sempat booming sekali, entah tahun berapa. Saya beli sepatu Crock baru tahun 2014. Dan sampai saat ini pun saya masih merasa sepatu ini masih sangat digemari. Terlihat dari banyaknya penjual sepatu Crock di jalan Colombo, Jogja. Pengen ganti sepatu saya, takut tertukar di warung makan lesehan. Dan kejadian tertukar itu terjadi pada adik saya --.--

Ada satu lagi ini yang mau saya ungkap tentang latah. Yaitu, Korea. Yah, penggemar Korea. Mungkin ini hanya terjadi pada cewek-cewek ababil yang suka dengan drama-drama Korea menye menguras air mata. Entah sejak kapan mulainya drama-drama korea ini mulai meracuni Indonesia. Seingat saya, ketika saya SMA drama-drama tersebut sudah tayang di televisi-televisi. Saya waktu itu juga tidak pernah mengikuti serialnya karena bapak saya melarang. Bukan hanya melarang karena film tersebut berkonten dewasa, tetapi juga melarang karena waktu itu bahasa dalam film tersebut didubbing. Tahu kan? Bahasanya menjadi aneh dan telinga terasa gatal bila mendengarnya. Lagipula drama Korea itu kebanyakan ceritanya menye-menye, cengeng. Saya tidak suka jenis film yang seperti itu. Mungkin sejak saat itu, saya jadi berpandangan miring tentang drama-drama Korea. 

Sekarang buka hanya dramanya saja yang meracuni, tetapi juga segala hal tentang Korea. Fesyen, kuliner, dsb. Soal baju, sekarang banyak toko-toko baju yang menjual baju ala-ala orang Korea. Modelnya unyu-unyu (kata orang alay). Namun, jangan tanya saya mengenai hal itu, tentu saja saya dengan keras menggelengkan kepala untuk memakai baju model Korea. Kuliner juga, banyak bertebaran resto-resto yang menunya makanan Korea. Saya pernah mencobanya sekali dan duh lidah saya tidak kuat. Saya hanya makan nasinya saja. Kalau semuanya saya makan, saya takut akan muntah. Semuanya hambar tak berasa di lidah saya. Entah bumbunya apa, dicampur-campur hingga lidah saya terasa aneh merasakannya. Semua itu menjadikan saya lebih tidak suka dengan apapun yang berbau Korea.

Saya heran, ada apa sebenarnya dengan orang-orang Indonesia ini? Termasuk cewek-cewek alay yang tergila-gila dengan aktor dan artis Korea. Awalnya hanya beberapa saja yang suka, sekarang semuanya jadi suka. Latah. Meniru dandanan orang Korea lah, menyukai makanan Korea lah, hmm.. 
Bukannya lebih baik menjadi diri sendiri ya? Jangan hanya karena banyak orang yang menyukainya, kita lantas suka. Kalau tidak suka, nanti takut dibilang tidak gaul-lah, tidak mengikuti tren-lah. Kalau saja sih..sebodo amat!

Mungkin cowok-cowok juga akan tanya, "mengapa sih cewek suka Korea?" Saya juga tidak tahu, malah saya juga akan menanyakan hal sama. Sebenarnya cowok-cowok juga suka risih lho lihat cewek-cewek yang gandrung sama Korea. Mengapa saya tahu, karena saya pernah menanyakan hal ini kepada teman-teman cowok saya. Menggandrungi sesuatu itu mahal di kantong. Kalau ceweknya suka makanan Korea, pacarnya pasti diajak makan ke resto Korea, dan pacarnya juga yang bayarin. Itu mahal! Satu porsi makanan bisa 30 ribu ke atas! Drama Korea. Kalau cewek suka drama Korea, pasti dong pacarnya juga pernah diajakin nonton, itu nyiksa cowok banget! Saya tahu bagaimana perasaan cowok ketika diajak nonton drama Korea. Sabar ya, Mas. Jadi, beruntunglah cowok yang punya cewek gak gampang latah hihi..

--.--.--.--


Komentar

Postingan Populer