Kejahatan yang Paling Berbahaya: Kartu ATM
Kali ini saya membenarkan perkatakan ibuku yang dari dulu tidak suka memakai kartu ATM. Ibuku bilang, untuk apa kartu ATM? Toh uangnya sudah disimpan di bank, kalau butuh tinggal mengambil saja di bank. Lagipula kalau punya ATM malah boros karena ngambilnya bisa sewaktu waktu. Misalnya, sedang jalan-jalan ke mall. Tiba-tiba mata tertuju ke barang bagus tapi uang yang saat itu dipegang tidak cukup untuk membelinya. Tak perlu susah-susah pergi ke bank dulu, mall mana sih yang tidak menyediakan mesin ajaib penuh uang. Tinggal masukkan kartu ke mesin, pencet-pencet, lalu taraaa..uang keluar dari mulut mesin itu. Dalam hitungan menit, barang yang diinginkan sudah di tangan. Bandingkan kalau tidak punya kartu ATM. Pasti akan mikir dua kali untuk membeli barang tersebut. Pertama, malas untuk keluar dari mall yang sudah disetting adem di dalamnya. Kedua, boros waktu kalau harus bolak-balik dari mall ke bank kemudian balik ke mall lagi. Alhasil, hati bisa menahan diri untuk tidak membeli barang tersebut. Uang aman.
Dari zaman kuliah pertama kali, saya sudah mempunyai ATM
yang tergabung dengan KTM (ATM mahasiswa). ATMnya jarang sekali saya pakai
kecuali kalau memang perlu sekali. Itupun uang langsung diambil. Waktu kuliah
sih masih enak karena biaya masih ditanggung orangtua. Uang habis tinggal
pulang saja tak perlu menunggu kiriman dari orangtua. Alhamdulillah jarak
Jogja-Kutoarjo masih bisa ditempuh selama dua jam naik bus (waktu itu belum ada
prameks). Itu juga alasan orangtua saya tak pernah izinkan anak-anaknya punya
ATM, biar anaknya sering pulang.
Setelah saya bekerja, saya membuka rekening bank sendiri di
Jogja. Keperluannya jelas, untuk mentransfer gaji. Untuk memudahkan saya
mengambil uang, saya membuat ATM. Pada awalnya berjalan normal. Sampai suatu
waktu saya kaget karena uang saya berkurang padahal saya belum mengambilnya lagi
sejak transaksi terakhir. Karena penasaran, saya pergi ke bank untuk mencetak
buku tabungan. Setelah tercetak, saya cek pengeluaran lewat ATM. Mak jejunguuk!
Saya kaget. Beberapa transaksi, bukan saya sendiri yang melakukan. Saya ingat
betul. Tipe saya mengambil uang lewat ATM tak pernah berkali-kali dalam sehari.
Bagaimana mungkin uang bisa diambil sedangkan kartu ATMnya
selalu di tangan saya? Karena rasa penasaran, saya mencoba browsing. Kenyataan
pahit kembali saya terima karena dari penelusuran itulah saya tahu bahwa
kejahatan yang paling berbahaya adalah kejahatan kartu ATM. Ditambah lagi belum
ada pihak yang bisa membongkar kejahatan di dalam dunia e-banking tersebut.
Pihak bank pun seperti lepas tangan mengenai kejahatan ini. Hal itu terlihat ketika
saya ke bank dan menanyakan nasib uang saya. Nihil. Mereka tidak mau
membantunya, bahkan untuk menemukan pelakunya saja mereka tidak bisa. Alasannya
pihak bank tidak mempunyai data orang yang mengambil uang lewat ATM. Bajiguuur!
Lalu untuk apa ATM diciptakan kalau keamanannya saja tidak ada yang menjamin?
Sejak saat itu, saya memblokir kartu ATM saya. Saya kapok
melakukan transaksi lewat ATM yang tak ada pengamanannya sama sekali. Saking
geramnya, saya ingin sekali menonaktifkan rekening, tapi tidak jadi karena
masih sangat berguna. Satu satunya cara agar tak lagi menjadi korban adalah
begitu ada transaksi masuk, saya langsung mengambilnya. Tak ada sisa di
tabungan. Uang yang dulu hilang, saya ikhlaskan. Saya yakin Tuhan pasti akan
membalas perbuatannya.
Seharusnya ada pengamanan tingkat tinggi ketika akan
melakukan transaksi lewat ATM. Kalau di bank. harus menunjukkan KTP, di mesin
ATM harus tersedia alat pemindai retina. Tentu saja di masing-masing kartu ATM
ada sebuah chip yang terhubung dengan pemindai retina tersebut. Kalau identitasnya
tidak cocok, tidak bisa melakukan transaksi.
Selama ini pengambilan lewat ATM bisa dilakukan siapa
saja. Misalkan titip teman untuk mengambilkan pun bisa, asal diberitahu pin-nya.
Nah, kalau menggunakan pemindai retina tadi, tidak perlu lagi kita mengingat-ingat
pin kartu ATM kita. Lebih praktis dan aman kan..
Untuk saat ini mungkin lebih aman tidak menggunakan fasilitas ATM atau yang lebih canggih e-banking. Tidak apa-apa dibilang tidak up to date, dibilang kuno, dan katrok asalkan uang saya selamat dan sehat wal afiat.
Komentar
Posting Komentar