Membuang Sampah Bukan Hanya Tugas Mbak Iyah

Masih berbicara tentang membuang sampah. Baru kemarin saya memposting tulisan panjang saya tentang kelakuan orang-orang yang tidak peduli dengan lingkunganya. Namun, hari ini sungguh tangan saya geregetan untuk kembali menuliskannya karena peristiwa yang saya lihat kemarin malam. Oke begini ceritanya.

Sehabis Magrib, saya keluar dari kos adik saya yang terletak di Kuningan, Sleman, Jogjakarta. Di depan kos ada sepasang muda mudi duduk di atas motor sambil memakan cilok. Mbak yang perempuan itu tentu saja kos di tempat yang sama dengan adik saya cuma saya tidak kenal. Tiba-tiba, mbaknya membuang plastik bekas pembungkus cilok tepat di bawahnya dan bilang, "biar nanti disapu sama Mbak Iyah." Lalu mereka langsung pergi dengan motornya..

Deg! Tentu saja saya tercekat mendengar kata-kata itu. Kepengen marah rasanya. Bagaimana tidak marah, di dekat mereka makan cilok ada empat tempat sampah! Mereka tinggal memilih mau di mana membuang sampah cilok yang sudah habis mereka makan. Saya tidak bisa tinggal diam, sampah yang mereka buang saya pungut dan saya buang ke tempat sampah. Saya tidak habis pikir, kok bisa bisanya dia berkata seperti itu.

Oya, Mbak Iyah itu adalah rewang yang biasanya bersih-bersih kos. Menyapu, ngepel, membuang sampah dari tong sampah kecil di depan setiap kamar ke tong sampah besar, sampai membersihkan kamar mandi luar. Mbak Iyah ini datang dua hari sekali karena tak cuma kos adik saya yang dia bersihkan, tetapi juga kos lain di daerah Pogung (dua kos tersebut satu pemilik). Jika jadwal bersih-bersih pas di Kuningan, Mbak Iyah harus berjalan kaki dari Pogung ke Kuningan dan itu lumayan jauh yaa..Mbak Iyah takut naik angkot karena pernah punya pengalaman kesasar.

Sudah capek berjalan kaki, sampai di Kuningan dia harus membersihkan kos berlantai tiga dalam waktu beberapa jam karena dia harus pulang lagi ke Pogung. Bisa dibayangkan betapa lelahnya dia. Gaji yang diterima dia tiap bulan tidaklah seimbang bila dibandingkan dengan pekerjaannya. Beberapa anak kos yang peduli, kerap memberikan Mbak Iyah makanan atau barang-barang yang sudah tidak terpakai tetapi masih bagus. Dulu ketika saya masih kos di situ, saya juga kerap mengajak ngobrol Mbak Iyah. Jika tempat sampah di depan kamar sudah penuh, saya membuangnya sendiri ke bawah (kamar saya di lantai dua), di tempat sampah besar yang disediakan RW. Saya juga sering membersihkan sendiri air hujan yang menggenang karena saluran air di depan kamar mampet. Tak perlu menunggu Mbak Iyah datang untuk membersihkan. Karena saya sadar membuang sampah, bersih bersih lingkungan bukan hanya tugasnya Mbak Iyah. Mbak Iyah memang dibayar untuk itu, tapi apakah kita lantas menutup mata untuk hal yang baik bagi diri sendiri?
Rupanya mental anak muda zaman sekarang harus dididik lebih keras, agar nantinya tidak melahirkan anak-anak yang mentalnya lebih buruk.

Besok akan saya pasang tulisan saja, "BAGI YANG MERASA DIRINYA ASU, SILAKAN BUANG SAMPAH DI SEKITAR JALAN INI.
Kira-kira ngaruh gak ya..

Komentar

Postingan Populer