Membaca Buku, Membaca Dunia


Image result for buku terbuka
tabloidjubi.com


Pendidikan. Salah satu faktor pembangun bangsa ini memang masih perlu dibenahi. Tidak hanya pendidikan formal tetapi juga pendidikan karakter. Percuma jika otak cerdas tapi tidak diimbangi dengan sikap dan sifat yang berbudi luhur. Pembangunan karakter bisa didapat dari mana saja. Contohnya dengan mengajarkan budaya membaca. Tentu saja buku- buku yang dibacanya juga sesuai dengan usianya dan isi dari buku tersebut benar-benar sarat akan nilai-nilai keluhuran budi.
Untuk mengembangkan minat baca masyarakat, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah membangun perpustakaan di tiap-tiap daerah tertinggal. Tertinggal di sini artinya akses untuk menuju ke kota yang lebih banyak menawarkan informasi sangat sulit dan tidak memungkinkan. Oleh karena itu, perlu adanya fasilitas yang membantu masyarakat desa untuk memudahkan tersampainya informasi. Selain itu, anak-anak desa pun juga dapat bersaing dengan anak-anak yang berada di kota. Kesenjangan pendidikan pun tidak akan terjadi.
Mengembangkan perpustakaan desa adalah salah satu impian saya. Saya melihat masih banyak desa-desa yang belum mengembangkan perpustakaan di desanya. Beberapa desa di kecamatan tempat saya tinggal pun juga belum ada. Cuma ada satu perpustakaan di dekat kantor kecamatan. Nah, dengan adanya perpustakaan desa, akan lebih memudahkan anak-anak untuk belajar dan menyerap informasi dari buku-buku yang dibacanya. Saat lelah dengan belajar dan membaca buku pelajaran formal, anak-anak bisa mampir ke perpustakaan. Menyegarkan otak dengan membaca buku cerita atau buku ensiklopedia bergambar. Ruang perpustakaan didesain semenarik mungkin agar anak-anak nyaman dan betah berlama-lama. Oiya, perpustakaan ini tidak hanya untuk anak-anak saja, tetapi masyarakat umum juga boleh berkunjung. Boleh hanya sekadar membaca surat kabar terbaru atau membaca buku-buku yang dapat menambah wawasan. Ruangan dan buku-buku untuk masyarakat umum tentu terpisah. Ini dimaksudkan agar anak-anak tidak mengambil buku yang salah.
Pendidikan tidak hanya diajarkan lewat buku saja, tapi bisa juga melalui sarana yang lain, film misalnya. Setiap akhir pekan di akhir bulan, ada pemutaran film anak-anak. Tak hanya film lokal tetapi juga film film dari negara lain yang tentu saja isi ceritanya tidak menyimpang dari dunia anak-anak. Di setiap akhir pemutaran film, ada diskusi tentang film yang baru saja diputar. Diskusi bertujuan agar anak dapat benar-benar mengerti dan menyerap tentang apa yang telah disampaikan dalam film. Meskipun film tersebut ber-genre anak-anak tetapi tetap saja anak masih perlu bimbingan.
Sama halnya dengan menonton film, membaca buku pun juga masih perlu pendampingan. Buku anak-anak pun juga masih perlu dipilih dan diteliti isinya, apakah itu cocok untuk anak atau tidak. Mengapa begitu? Karena ada beberapa buku anak yang isinya sama sekali tidak mencerminkan perilaku yang bermoral, bahkan ada juga yang disertai dengan gambar. Jadi sebagai orangtua pun juga harus selektif dalam memilih buku bacaan untuk anak-anaknya.
Nah, tujuan didirikannya perpustakaan desa sebenarnya sederhana, yaitu melatih anak-anak untuk senang membaca sejak dini. Dengan membaca, anak akan melihat dunia lebih luas tidak hanya terbatas wilayah desanya saja. Anak-anak juga dapat melukiskan mimpinya lebih tinggi. Selain itu, dengan membaca, karakter anak juga akan terbentuk dengan baik. Untuk masyarakat umum, kegiatan membaca buku bisa dijadikan refresing ketika lelah mengerjakan ladang dan sawah. Dengan membaca, mereka bisa belajar bagaimana cara mengembangkan teknik tanam menanam agar hasil panennya lebih baik.
Menumbuhkan minat baca adalah salah satu cara mengembangkan pendidikan masyarakat. Bila kita ingin bersaing dengan bangsa-bangsa yang besar, maka kita juga harus bisa mengimbangi mereka, salah satunya adalah dari segi pendidikan. Dan bila kita belum bisa menggalakkan minat baca ke seluruh penjuru Indonesia, paling tidak kita bisa memulainya dari desa tempat tinggal kita sendiri.

Komentar

Postingan Populer