Antara Nikah dan Kerja
Nikah dulu baru cari
kerja atau kerja dulu baru nikah ya? Setiap orang pasti punya jawaban
berbeda-beda tergantung darimana memandangnya. Topik ini muncul ketika aku mendengar
adik bercerita bahwa adik tingkatnya mau menikah tahun ini padahal dia dan
calon suaminya belum bekerja. Katanya, masalah kerja bisa dibicarakan dan
didiskusikan dengan suami. Lalu kepikiran buat nulis ini karena tadi malam
membaca status seorang teman yang intinya mempertanyakan pertanyaan tadi.
Menikah itu membuka pintu
rezeki. Itu janji Allah kepada hambanya. Setelah menikah, rezeki yang tadinya
tersendat, menjadi lancar. Ada benarnya jika dipandang dari sisi semangat
kerja. Jika sudah menikah, otomatis tidak hanya menghidupi diri sendiri, tetapi
juga menghidupi orang lain, dalam hal ini suami/istri. Apalagi jika posisinya
menjadi suami. Ada tanggung jawab yang besar untuk menafkahi istri. Untuk
istri, mencari nafkah bagi kehidupan rumah tangga juga merupakan tanggung
jawab, tetapi urutannya nomor dua setelah suami.
Nah, mungkin itu juga
yang menjadi pertimbangan para perempuan ingin menikah muda. Asalkan calon
suaminya mampu memberi nafkah, mereka langsung berkata “iya” saja ketika
dilamar. Pertimbangan lain, takut akan zina. Manusia dengan segala
kesempurnaannya pun masih bisa melakukan salah dan dosa. Di tempat kerja
misalnya, perempuan-perempuan yang masih single, bebas lirak lirik rekan-rekan
kerjanya yang ganteng. Tak jarang mereka menggoda dengan pakaian seksi. Lelaki
mana sih yang tidak tergoda dengan perempuan seksi? Dari lirik lirikan tersebut
berlanjut ke hubungan yang tak semestinya. Lalu, banyak juga terjadi cinlok (cinta lokasi) di kantor. Muncul
gosip, kecemburuan, perselingkuhan, penganiayaan, bahkan pembunuhan gara-gara
cemburu dan selingkuh. Kalau itu yang terjadi, bukan rezeki positif yang
didapat, tetapi rezeki negatif karena masuk penjara.
Namun, terlepas dari
itu semua, apakah kita tidak mempertimbangkan kehidupan setelah menikah?
Contohnya saja, ada seorang lelaki yang belum mempunyai pekerjaan sudah mantap
untuk menikahi seorang perempuan yang belum bekerja juga. Karena belum bekerja,
otomatis tidak mempunyai uang tabungan. Uang saja pas pasan, apalagi rumah, pasti
juga belum punya, kecuali rumah orangtuanya. Lalu di mana akan tinggal setelah
menikah? Di rumah orangtua? Atau mertua? Haduuh...kalau aku sih malu, apalagi
lelaki, pasti dobel malunya karena dianggap belum bisa membahagiakan istri.
Nah, untuk punya rumah kan harus bekerja dulu, mengumpulkan uang. Kehidupan
setelah menikah itu sangat jauh berbeda dengan kehidupan ketika masih lajang.
Ketika masih lajang, gak punya uang, masih bisa pinjam teman, atau minta sama
orangtua. Namun, ketika sudah menikah, hal-hal seperti itu keihatannya tabu
untuk dilakukan. Mengapa tabu? Logikanya, sudah berani menikah, seharusnya
sudah siap akan segala hal, terutama soal materi. Nikah hanya modal cinta itu
nggak cukup, Bro!
Bukan karena matre,
tapi ini lebih kepada tanggung jawab. Jaman sekarang, kalau perempuan tidak
menuntut, lelaki juga pasti akan bertindak seenaknya dan melupakan tanggung
jawabnya. Bukan juga melalaikan janji Allah, karena aku yakin Allah pun akan
lebih senang kepada hambaNya yang tidak melupakan tanggung jawab terhadap
sesamanya.
So, nikah dulu apa kerja
dulu? Hanya diri sendiri yang punya jawabannya.
Komentar
Posting Komentar