Teori vs Praktek


Bulan baru. Seharusnya menjadi awal yang baik untuk menyelesaikan semua yang belum kuselesaikan. Termasuk urusan yang satu ini. Kuliah. Sungguh aku ingin cepat-cepat keluar dari kampus ini, lalu bergabung dengan teman-teman, berjuang mendapatkan pekerjaan yang disenangi. Namun, apa daya seorang mahasiswa jika diharuskan menuruti semua jadwal bapak/ibu dosen yang begitu padat. Aku hanya bisa mengikuti kemana mau mereka. Kerampungan urusanku tergantung juga pada keniatan mereka. 

Menurutku tesis cuma syarat. Syarat supaya kita bisa keluar dari labirin kampus dan perkuliahan. Siapa pula yang menciptakan peraturan itu? Banyak mahasiswa bertekuk lutut terhadapnya, tetapi banyak pula yang berteriak mengutuk. Mungkin aku salah satu yang bergabung dalam barisan mengutuk. Jika berfikir ke depan, kita tentu akan bertanya, apakah skripsi, tesis, atau desertasi dikumpulkan/dipergunakan pada saat kita berada di lingkungan kerja? Jawaban "ya" bisa disertakan jika kita bercita-cita menjadi seorang dosen. Lalu jika cita-cita kita menjadi pengusaha sukses, apakah berlembar-lembar teori beserta pemecahannya itu digunakan? Setahuku, tindakan kita disesuaikan dengan situasi dan kondisi di mana kita bekerja (betul gak sih?). 

Mengapa tugas akhir tidak diganti dengan praktek saja sih? Misalnya mahasiswa Sastra, dia bisa dinyatakan lulus jika dia sudah menghasilkan beberapa tulisan, minimal tulisan tersebut dimuat di surat kabar.  Atau jika lulusan magister, minimal tulisannya harus masuk ke dalam antologi. Kalau mahasiswa komunikasi apa ya? Hm..mungkin minimal dia harus bisa mempraktekkan ilmu komunikasinya ke media-media massa. Yah..pokoknya harus ada bukti bahwa mahasiswa benar-benar mahir dan menguasai praktek. Tidak hanya melulu diceko'i dengan teori.

Mungkin dari sekian banyak mahasiswa, aku termasuk golongan yang tidak mahir dalam urusan "perteorian". Otakku sangat lemah dalam hafal menghafal.  Untuk sekedar info saja, aku mahir membuat puisi atau cerpen, tetapi jika ditanya masalah teori keduanya, aku hanya menggeleng tidak tahu. Lagipula untuk membuat keduanya, tidak perlu yang namanya teori. Bagiku, teori itu hanya memenjarakan imaji. 

Seorang mahasiswa yang pandai dalam teori, belum tentu pandai dalam praktek. Dan seorang yang pandai dalam praktek, belum tentu pandai dalam teori. Yang jelas, di dalam pekerjaan dibutuhkan keduanya untuk menyeimbangkan kedudukan suatu perusahaan.

Komentar

Postingan Populer