Jalan-Jalan
Aku terpekur di depan
layar komputer. Kalimat yang berjejer rapi seakan menghipnotis kedua mataku
untuk terpejam kemudian terlelap. Yah, hari ini sungguh tak mampu
berkonsentrasi. Sisa kelelahan kemarin malam, masih menumpuk di badanku. Namun,
dari perjalanan kemarin, aku jadi tahu bagaimana rupa traktor, bagaimana
rasanya berjalan di antara area persawahan menjelang malam, dan bagaimana
indahnya kunang-kunang yang beterbangan di atas padi-padi. Waaah....dasar anak
kota, melihat pemandangan seperti itu saja girangnya bukan main. Di kota sudah
tak bisa mendapati pemandangan seperti itu. Sawah-sawah sudah terganti dengan
jalan-jalan dan gedung-gedung. Kunang-kunang sudah terganti dengan sorot
lampu-lampu kendaraan
Di desa tempat tinggal
temanku itu (Gantiwarno, Klaten), suasananya khas sekali. Dibilang sepi, juga
tidak, dibilang ramai juga tidak. Namun, karena orangtua temanku itu menjabat
sebagai ketua RT, rumahnya bisa dibilang selalu ramai kedatangan tamu. Beberapa
warga yang lewat di depan rumahnya, selalu menyapa kami yang sedang duduk-duduk
di beranda dengan bunyi klakson. Dengan latar suara jangkrik, katak, dan sapi
yang sesekali melenguh, kami bercengkrama akrab. Suguhan teh manis panas, peyek
kacang, dan roti kering menemani kami. Meskipun aku baru pertama kali bertemu
dengannya tetapi rasa-rasanya sudah berteman dengannya lama.
Di akhir pertemuan,
temanku memastikan bahwa kapan-kapan aku harus ke tempatnya lagi.
Hmm...kayaknya lain kali harus menyiapkan tenaga, waktu luang, dan kamera.
Sayang, ada tempat bagus tapi tak diabadikan kamera.
Terima kasih, atas
pertemuaan ini, atas hidangan yang disuguhkan, dan suasana yang menyenangkan
sekaligus menegangkan. Lain kali, aku akan bertandang ke rumahmu dan kembali
dengan cerita yang lebih mengesankan.
Komentar
Posting Komentar