Pagi Ini
Pagi yang uring-uringan. Entah.
Dimulai dengan bangun yang terlalu siang. Keramas yang tak tepat waktu. Dalaman
yang habis, belum dicuci. Terpeleset di kamar mandi dan celanaku basah terkena
tumpahan air di ember. Akhirnya yang
kena semburan marahku orang lain yang mungkin dia tak tahu apa-apa. Silfi juga
kupacu dengan cepat ke kantor. Ada apa
dengan pagiku yang sungguh absurd ini?
Lelah yang mendera mungkin sebab
dari semua itu. Lelah yang berujung pada kemalasan untuk melakukan apa yang
seharusnya dilakukan. Akhir-akhir ini
aku begitu malas untuk menyentuh pakaianku yang sudah menumpuk di keranjang pakaian
kotor. Ah, seharusnya aku tidak boleh
begitu.
Aku juga tak boleh menyalahkannya
sebagai sebab dari semua ini. Memang seharusnya dia tak bersikap terlalu lembek
terhadapku. Laki-laki penurut. Sikap tak pernah menunjukkan marahnya kepadaku
ternyata malah membuatku semakin berkobar-kobar menunjukkan kuasaku. Baikkah
ini? Sifatku yang selalu uring-uringan ketika ada sesuatu yang kurasa kurang
pas dan berkenan di hati, sifatnya yang selalu sabar dan terkadang malah
terlalu cuek terhadap apa yang terjadi sehingga ia selalu menjadi sasaran
kemarahanku, baguskah itu? Apakah semuanya harus diperbaiki?
Mungkin memang saatnya memulainya
dari awal. Pribadiku, pribadinya harus dicocokkan kembali. Situasi seperti sekarang sangat membuatku tak nyaman. Mungkin juga dengannya.
Ah, cukup pagi ini aku merasakan rasa yang absurd ini. Semoga pagi-pagi selanjutnya sama seperti pagi-pagi yang lalu. Dimulai dengan sapa mentari yang tak kesiangan, manisnya secangkir kopi panas, dan cinta yang gemulai mesra. Semoga.
Komentar
Posting Komentar