Aku dan Pekerjaanku

Aku seperti kebanykan editor pada umumnya. Membaca dan mengedit kalimat-kalimat yang salah pada naskah. Sesekali kutulis juga bagian belakang sampul buku yang berfungsi menarik pembaca agar membeli buku tersebut. Mungkin beberapa kawan yang tidak tahu, menganggap ini adalah pekerjaan yang gampang. Hanya duduk dan membaca. Jangan salah, justru pekerjaan editorlah yang paling sulit. Naskah buku akan diterima dengan baik oleh pembaca atau tidak, tergantung pada editor yang menyunting kalimat-kalimat di dalam naskah tersebut. Tak jarang, satu kalimat bisa dibaca sampai berulang-ulang kali karena ada yang salah di dalam penulisan kalimat tersebut. Entah itu pemilihan katanya, tanda bacanya, atau struktur kalimatnya yang membuat kalimat tersebut menjadi ambigu. Saking rumitnya, terkadang aku melewati dulu bagian yang dirasa sulit dengan memberi tanda merah dan akan kembali kukerjakan setelah naskah kubaca sampai selesai.

Ada beberapa penulis yang memang sudah terbiasa menulis dan paham mengenai tata bahasa Indonesia ada pula yang sekedar menulis tetapi tak paham bagaimana cara menulis yang benar. Jika kebetulan mendapatkan naskah yang ditulis penulis yang paham, pekerjaanku sangat terbantu. Namun, jika sedang tak beruntung, aku kebagian naskah yang kalimatnya serba kacau. Ya, seperti yang kuceritakan tadi, aku harus membaca berulang kali agar aku mengerti maksud yang akan disampaikan penulis. Ada pula penulis yang dengan terang-terangan menyomot tulisan dari internet tanpa menyantumkan sumber dan ditulis sama persis. Wah, itu sangat menyulitkan editor. Istilahnya disebut Plagiarisme. Jika di dalam satu naskah tersebut banyak tulisan yang dicomot tanpa izin, editor berhak mengembalikan naskah tersebut kepada penulisnya untuk diperbaiki.

Sudah seminggu ini, aku mengerjakan naskah biografi sejarah tentang Soekarno. Penulisnya satu almamater denganku. Dasar anak sastra, nulis buku umum pun, bahasanya juga nyastra. Sebenarnya gak nyastra-nyastra banget sih, tapi jika untuk dibaca orang umum, bahasanya agak sulit dipahami. Jadilah aku, membuat naskah tersebut menjadi mudah dipahami. Semoga bisa menyelesaikannya dengan baik. Naskah ini bagus kok. Jadi tahu bagaimana perjuangan Bung Karno demi membangun Indonesia.

Meskipun berperan di belakang panggung, tetapi tugas editor sangat penting. Ada beberapa keuntungan menjalani profesi sebagai editor. Salah satunya adalah menjadi orang pertama yang membaca sebuah naskah buku sebelum orang lain membeli atau membacanya di toko buku. Editor juga bisa berkenalan dan menjalin komunikasi dengan penulis. Keuntungan lain, ada perasaan bangga ketika melihat buku yang disunting di toko buku dan terpajang di rak best seller. Meskipun kebanyakakan orang tak menghiraukan orang-orang di belakang naskah (editor, proofreader, layout, dan cover), tetapi merekalah yang sesungguhnya berjasa hingga naskah bisa terbit.

Aku tidak menginginkan pekerjaan yang muluk-muluk atau pekerjaan yang menjanjikan upah yang besar, aku hanya ingin bekerja sesuai dengan kemantapan hati. Bekerja itu tidak melulu soal uang, tetapi bekerja bagiku menjadi sebuah passion. Jika nyaman dan bahagia dengan pekerjaan yang kita lakoni, maka ke depannya akan sukses. InsyaAllah, Amiin..:-)

Komentar

Postingan Populer