Tentang Dia: Cinta Pertama yang Tak Bersambut



Cerita ini tentang dia yang tak pernah lagi kudengar kabarnnya sejak sembilan tahun yang lalu. Namun, aku tak pernah lupa padanya. Padanya pernah kutambatkan cinta pertamaku. Padanya pernah kulukis serangkai rindu. Padanya yang mungkin tak pernah peduli padaku. 

Kebersamaanku dengannya dari bangku Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah, ternyata tak cukup untuk memahami sifat masing-masing dari kami. Tentu saja, karena pada saat itu, kami tak pernah saling bertegur sapa ataupun ngobrol. Hanya ada grogi dan salah tingkah jika kebetulan kami berpapasan. Lebih tepatnya aku yang grogi. Jantungku serasa berdetak lebih cepat jika pandangan mata kami tak sengaja bertemu. 

Cinta itu mulai tumbuh di hatiku ketika kami SMA. Beberapa teman menanyakan kenapa aku suka dia dan aku gak bisa menjawabnya. Aku memang tak tahu mengapa aku menyukainya. Apa karena dia anak band? Bukan. Aku suka dia sebelum tahu kalau ternyata dia anak band. Apa karena dia cakep? Kayaknya enggak. Mukanya saja kelihatan kalau dia tipe-tipe cowok sinis. Apa karena keluarganya dekat dengan keluargaku? Enggak juga kayaknya. Pun ketika aku tahu bahwa dia merokok, aku tetap suka dia. Padahal aku sangat benci dengan cowok yang merokok. Duh, aku benar-benar tak tahu cinta jenis apa ini. 

Dulu belum ada istilah kepo. Namun, mungkin deskripsinya hampir sama. Waktu itu aku mempunyai mata-mata di kelasnya. Kutugaskan untuk melaporkan kejadian apa yang menimpanya hari itu. Sampai suatu hari, teman yang kusebut mata-mata itu, menanyakan hal yang tak kusangka kepadanya. Mungkin karena temanku itu geregetan melihatku yang hanya berani kepo. Temanku menanyakan, apakah dia suka padaku. Lalu jawaban yang sampai saat ini tak pernah kulupa adalah, dia menyukaiku tapi dulu. Ternyata dia sudah lelah menunggu sampai akhirnya dia menyerah. Menunggu? Apa dia pikir aku tidak menunggunya? Seketika air mataku meleleh mendengar cerita temanku itu. Hatiku hancur. Aku terlambat. Yang kurasakan hanyalah hampa karena cintaku tak bersambut.

Sekarang, setelah sembilan tahun berlalu, aku masih saja menyimpan rasa itu meski hanya sedikit. Masih ada sedikit getaran hati ketika seseorang menyebutkan namanya, bercerita tentangnya, atau tentang keluarganya. Aku tak peduli jika yang kurasakan dulu hanyalah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Mengingatnya membuatku senyum senyum malu dengan semua kekonyolanku dulu. Ah, kisah cinta yang tak bersambut tak hanya menyisakan sebuah kepiluan tetapi juga menyisakan sebuah kenangan yang tak terlupakan.

Apa kabarnya sekarang ya? Iya, kamu, wahai cinta pertama yang tak bersambut..:-)

Komentar

Postingan Populer