Mengajarkan Adab Makan Sejak Dini (Hal yang Sering Terlupa saat memulai MPASI)

 


Banyak yang heran, kok anak kami gampang banget makannya. Lihat makanan langsung ribut, gak sabar pengen nyicipi. Ada nasi di piring juga langsung dicimit. Lihat orang makan, juga pengen ikutan makan. Makan juga duduk manis, konsentrasi pada makanannya. Jika dia merasa lapar, dia lalu menghampiri ibunya atau bapaknya sambil bilang, "maem..maem..". Menyenangkan sekali. Sekarang pun keterampilan makan sendiri dengan sendok makin mahir meski masih ada yang tumpah-tumpah.

Kenapa bisa seperti itu? Sebenarnya kebiasaan tersebut tidak bisa terbentuk dengan sendirinya. Kami, bapak ibunya, sudah membiasakan adab makan sejak usianya 6 bulan. Kami selalu membiasakan makan bersama, duduk, tanpa tontonan televisi, tanpa gawai. Tentu saja banyak drama yang menyertainya, piringnya malah dibalik, makanannya dibuang, dilepeh, dibuat mainan, dan yang aneh-aneh lainnya. Tapi kami gak pernah marah atau melarang, biarlah kami repot bersih-bersih kursi makan, bersih bersih lantai. Kami sadar bahwa semua itu adalah proses. Dia belajar mengenal apa itu makanan dan bagaimana makan. Perlahan kami mencontohkan padanya cara makan yang baik. Hal paling penting adalah usahakan untuk selalu makan bersama. Di sini peran bapak sungguh penting sih. Entah kenapa kalau disuapin ibunya kadang susah banget buat “mangap”, begitu bapaknya yang nyuapin langsung “mangap”. Jadilah, bapak nyuapin anak, ibu yang nyuapin bapak, dan ibu nyuap sendiri hahaha..Kalau sudah seperti ini, kami yang mengalah. Demi anak, kami makan tanpa sambal, tanpa kerupuk, dan tanpa gorengan di piring. Terima kasih, Nak, kamu mengajari kami untuk hidup sehat.

Tentu saja anak kami pernah GTM, kami juga pernah pusing mikirin gimana supaya anak mau makan. Ada saat saat tertentu anak kami GTM yaitu saat mau tumbuh gigi atau saat sakit. Pernah juga, eyang utinya membelikan minyak ikan agar nafsu makannya kembali baik. Minyak ikan hanya bertahan sebentar. Dibelikan satu kaplet isi 12 tablet, hanya diminumkan 6 tablet, itupun tidak setiap hari. Sengaja kami stop pemberian minyak ikannya karena takut menjadi kebiasaan. Lalu apa yang kami lakukan? Kami fokus ke anak, berusaha menyembuhkan penyakitnya (waktu itu memang habis sakit). Banyakin makan buah (alhamdulillah, anak kami suka sekali dengan buah-buahan). Untuk makan, biasanya kami kasih yang berkuah. Dan yang paling penting banyakin asi (anakku masih asi yaa, meskipun kalau di daycare minumnya sufor). 

Berbicara soal makanan, kami tidak pernah memberinya MPASI fortifikasi. Dari awal MPASI, anak kami selalu makan masakan bapaknya (yak, betul, bapak lebih pandai masak daripada ibu haha). Memang sudah kesepakatan kami untuk memberinya makanan rumah terlebih dahulu. Tujuannya, agar dia mengenal berbagai macam makanan. Mengenal bentuk asli dari makanan. Mengenal proses. Harapan ke depannya, agar dia tak pilih-pilih makanan. Jadilah dari usia 6-11 bulan, kami selalu masak untuk bekal makan siangnya di daycare. Baru saat usianya 12 bulan (sampai sekarang 1 tahun 4 bulan), kami sepakat untuk mengikuti menu makan siang di daycare. Oh ya, kami pernah memberinya bubur/nasi tim bayi yang dijual di pinggir jalan. Namun, setelah beberapa hari (hampir sebulan) dia mengonsumsi nasi tim tersebut, dia sakit, HB-nya turun. Padahal sebelumnya dia baik baik saja. Baru kutahu bahwa makanan tersebut minim gizi. Jujur, nyeselnya sampai sekarang. Jadi bubur bayi pinggir jalan menurut kami gak rekomended ya, Bund!

Kami juga membatasi makanan atau cemilan-cemilan yang dirasa kurang sehat atau minim gizi. Kami tidak pernah memberinya jajanan kemasan macam ciki atau jajanan tinggi gula/pemanis buatan. Dibilang orang tua yang pelit yo ben, yang penting anak kami sehat. Lalu cemilannya apa? Cemilan anak kami tuh ubi rebus, pisang rebus, buah-buah segar, biskuit sari gandum, kadang, kentang rebus dan wortel rebus pun dicemilin sama dia.

Selain belajar dari pengalaman sendiri, kami juga belajar dari pengalaman orang lain. Aku, sebagai ibu, rajin mengikuti webinar dan kulwap tentang parenting, tetang pertumbuhan anak, dan tentang kesehatan/gizi anak. Aku juga ikut WA Grup parenting yang isinya saling sharing dan diskusi soal permasalahan anak dan parenting. Biasanya jika ada topik yang menarik, aku selalu share ke partner sebagai bahan diskusi di rumah.

Nah, yang satu ini penting digarisbawahi bagi orang tua. Keduanya harus sepemikiran, saling mendukung, samakan dulu gaya parenting mana yang akan dianut. Btw, kami sudah menyepakati hal ini sejak kami belum menikah. Bahkan sepakat juga untuk tidak punya televisi di rumah. Selain kami yang tidak suka nonton TV, kami sepakat untuk tidak membiarkan anak terpapar dengan tontonan searah sejak dini. Oh ya, cara memasak makanan dan pola makan juga harus disepakati (tentu saja memilih pola makan yang baik) karena anak akan meniru kebiasaan orang tuanya.

Anak tidak bisa memilih siapa yang akan menjadi orang tuanya. Tapi, kita bisa memilih siapa yang akan jadi partner kita seumur hidup. Teman seperjalanan yang akan mengantarkan calon generasi kita menuju masa depan yang cemerlang. Pendidikan pertama adalah keluarga. Jadi bangunlah pondasi keluarga dengan baik. Kalau kata Coach Lex di Kelas Cinta, "Berotak sebelum beranak". 

Terakhir, aku ingin berterima kasih kepada partner perjalananku, aku memilihmu tidak semata-mata karena cinta, aku memilihmu karena semakin kita melangkah, semakin banyak persamaan visi, pandangan hidup, dan mimpi. Aku memilihmu karena aku ingin mewujudkan itu bersama. Sampai sekarang pun, masih banyak yang harus kita pelajari dan jelajahi demi mewujudkan mimpi-mimpi kita. Jadi jangan lelah untuk terus belajar dan bertumbuh bersama ya. Love you 💗

Komentar

  1. wow sangat bermanfaat sekali bund, semangat yaa buat bikin tulisan tulisan bermanfaat lainnya.

    BalasHapus
  2. Siip banget. Teruslah berkarya, agar orang lain bisa mendapatkan manfaat dan berkah dari ide, pengalaman dan karya2mu. Doa ibu menyertaimu. Aamiin.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer