Racauan Ketika Dingin dan Marahmu Membelenggu



Malam ini dingin. Ya, aku merasakannya. Dan kuingat ini adalah malam terdingin. Bahkan kau pun tak sempat mampir untuk sekedar menyapa atau menanyakan kabar. Atau mungkin dingin juga telah mejamah tempat tinggalmu sehingga kau malas melakukannya? Ah, rupanya cuaca kali ini belum mau bersahabat. Karena itukah sebab kita tak mau menukarkan cakap? Sejujurnya aku lelah berdiam dalam dingin ini. Aku lelah berpura-pura menganggapmu tak ada. Aku juga lelah berada dalam kecemasan. 

Ini berawal dari kesalahan yang kusadar telah berulang kali kulakukan padamu. Lalu kau tak lagi mau bercakap. Aku tahu dan kau tahu, aku hanyalah sebuah benalu yang selalu mengganggu tiap gerakmu. Tapi apakah kau tahu, benalu ini tengah belajar bersimbiosis mutualisme untukmu. Karena tak ingin kau membuangnya tanpa guna.

Malam ini dingin. Aku merasakannya menembus nadi. Seperti kemarahan yang kau kirim bersamanya. Aku menggigil dibuatnya. Secangkir kopi panas, jaket, selimut, telah membungkusku. Tapi apa arti semuanya jika kau tak memberiku pelukan maaf? Aku tahu bagimu membutuhkan waktu untuk memberikannya padaku. Dan aku telah berniat untuk menunggunya. Akan kutuang lagi kopi panas dan kuambil jaket, selimut yang lain, yang akan melindungiku sebelum kau hadir.

#Ah, sudahlah kusudahi saja catatan ini sebelum racauanku semakin tak jelas. 
Padamu kukirim maaf.
aku menunggu kau kembali
dan menerima pesanku

Komentar

Postingan Populer