Sistem Pendidikan yang Salah di Kampus UGM

Sepertinya pegawai di kampusku ini perlu diajarkan bagaimana cara melayani mahasiswa yang baik. Hari ini, aku pergi ke DAA (aku lupa kepanjangannya apa, gak penting juga untuk tahu). Perluku ke sana adalah untuk mengetahui nilai tes acept (gak tahu juga benar apa salah tulisan itu). Sesampainya di sana, aku bertanya kepada bapak yang bertugas mengurusi tes tersebut, tentu saja dengan sopan dan memandang bapaknya. Dari awal aku bertanya sampai selesai, sedikitpun bapak itu tidak melepas pandangan matanya dari komputer di depannya. Menjawab pertanyaanku pun pandangan bapak itu masih pada komputer di depannya. Yang melayani pertanyaanku dengan sopan, justru anak SMK yang sedang PKL di situ. Dia pun tidak mengerti banyak jawaban dari pertanyaanku dan berkali-kali menengok ke bapak itu. Rupannya bapak itu tetap cuek dan hanya asal-asalan menjawabnya. Tentu saja aku mulai jengah, tak nyaman, dan ada rasa dongkol. Bagaimana bisa kampus yang ternama seperti ini tak ada keramahan sama sekali? Aku tidak habis pikir. Apa bapak itu tidak malu sama anak yang PKL di situ ya? Ada yang salah dengan sistem. Keramahan, faktor yang penting saja tidak ada. Kriterianya apa sih untuk bisa bekerja sebagai pegawai di sana? hmm...mungkin cuek, angkuh, tidak toleran. Ya, mungkin itu.

Tidak hanya itu, kampusku ini (mungkin juga ada kampus-kampus lain yang sama), mengharuskan lulus tes acept terlebih dahulu sebelum lulus kuliah. Acept tersebut merupakan salah satu syarat untuk lulus. Tes yang terbilang sulit ini, selalu menjadi hambatan bagi mahasiswa yang Bahasa Inggrisnya pas pasan sepertiku. Dan aku termasuk orang yang menentang dan tidak setuju dengan peraturan tersebut. Ini negara Indonesia, seharusnya mahasiswa yang akan lulus, diharuskan lulus tes Bahasa Indonesia terlebih dulu. Mungkin itulah sebabnya mengapa Bahasa Indonesia selalu disepelekan oleh banyak orang di Indonesia. Lagi-lagi sistem yang salah! Ada apa sebenarnya dengan negara ini?

Komentar

Postingan Populer