Merindukan Cahaya Pagi
Hai, apa kabar engkau
cahaya pagi? Mungkin kau sedang bersinar di atas pulau dengan pantai pasir
putih. Menghangatkan percik-percik air yang ditinggalkan ombak. Membawa keceriaan
dan keriangan yang berbeda. Menjadikan laut selalu bersahabat dengan angin. Dan
engkau memang cahaya pagi yang selalu membangunkan dengan mesra sebelum mentari
datang. Sesungguhnya betapa rindunya aku bernaung di bawah cahayamu. Hanya
sekedar menikmati hangat senyum dan cintamu. Namun, rindu ini hanya sekedar
rasa yang tak mungkin lagi terwujud. Kau telah menutup cahayamu dan membiarkan
hangatnya hanya tersentuh oleh satu bidadari. Aku didera cemburu. Mengapa bukan
aku saja yang menjadi bidadari itu? Aku akan bebas bermain-main dan hanya ada
kau yang memelukku hangat.
Engkau adalah cahaya
yang kesekian yang datang menawariku sebuah kehangatan. Kupikir, engkau sama
dengan cahaya yang lain. Datang dengan hangat lalu kemudian mulai meredup
tergerus oleh penghianatan. Namun engkau justru datang membawa keredupan. Seolah
engkaulah yang memerlukan cahaya. Datang padaku meminta hangat kasih meski aku
hanya punya kasih. Aku berusaha membuat senyum dan candamu kembali. Dan betapa
terkejutnya aku ketika tahu bahwa engkau mempunyai cahaya yang berbeda. Ia
bersinar dengan lembut dan engkau tak angkuh dibuatnya. Bukan bersembunyi
dibalik cahaya, bukan pula pamer tetapi engkau menyatu dengannya. Menyatu
membiaskan kasih dan cinta sesama.
Mungkin itulah yang
membuatku terlalu terlena dengan cahayamu. Aku terpesona dengan hangat, terpesona
dengan cahaya teduh di matamu, terpesona dengan ungkapan kasih yang selalu kau
beri, hingga aku tak sadar bahwa ternyata cahayamu bukan hanya untukku.
Cahayamu milik semua, milik orang-orang yang sadar bahwa mereka punya cinta
untuk bersama. Betapa bodohnya aku ketika memintamu untuk menyerahkan cahaya
hanya untukku. Betapa egoisnya aku telah memintamu menjauh dari orang-orang
yang masih butuh cahaya. Aku tahu sekarang, cahaya itu tak perlu diminta karena
ia akan memilih dan jatuh pada satu bidadari yang penuh keikhlasan, cinta, dan
kesetiaan. Satu bidadari yang engkau pilih untuk melahirkan satu cahaya yang
sama. Bukan aku.
Cahaya pagi, masih
bolehkah aku rindu padamu?
Komentar
Posting Komentar