Proses Menyapih (Bagian 2)

Proses menyapih hari kedua gagal. 

Malam itu, bapaknya memang tetap membacakan buku cerita dan aku ngumpet agar Diptyan tidak meminta nenen. Namun baru beberapa saat bapaknya membacakan buku cerita, Diptyan merengek minta nenen. Beberapa kali memang bisa teralihkan dan beberapa kali menguap, tetapi yang terakhir, dia sampai mau turun tempat tidur mencari ibunya. Oke deh, lanjut nenen lagi. Lumayan lama sekitar 15-30 menit sampai dia benar-benar tertidur.

Belum ada 30 menit dia tidur, dia terbangun (mungkin karena kebrisikan hujan yang turun dengan derasnya). Nenen lagi. Tidur lagi. Kebangun lagi. Nenen lagi. Tidur lagi. Kebangun lagi. Gitu terus entah sampai berapa kali. Pukul 02.30 dia terbangun. Benar-benar terbangun minta gendong dan mainan di dapur yang dinginnya ampun-ampunan. Aku tahu dia kelaparan karena sorenya gak mau makan (aku berasumsi dia kenyang dengan susu). Di daycare, bundanya cerita kalau dia minum susunya kuat banget. Dulu pas ada buku kegiatan, Diptyan seharian bisa menghabiskan 4 botol susu 100ml. Menurutku berlebihan yaa..Ketika kutanya bundanya apakah pemberian susunya dekat dengan jam makan? Jawabnya enggak. 

Paginya Diptyan merengek minta susu padahal belum makan. Aku dan suami kekeh tidak mau memberikannya karena kalau diberikan malah gak mau makan. Diptyan nangis, aku ikutan nangis. Aku nangis bukan karena kasihan dengan Diptyan, tapi aku nyesel sama diri sendiri. Dulu aku gak pernah sedia susu di rumah, tetapi karena omongan orang-orang yang bilang "sedia susu aja di rumah" aku jadi mencobanya. Tapi ternyata oh ternyata, setelah ada susu di rumah (bikin dan minum susu di rumah), dia jadi ogah-ogahan makan. Padahal dulu sebelum ada susu di rumah, dia lahap banget makannya. Apa aja mau.

Setelah mengantar Diptyan ke daycare, aku dan suami berdebat tentang apakah masih akan sedia susu di rumah atau tidak. Tentu saja aku balik ke no susu di rumah. Tapi suami bilang, lalu tambahan nutrisinya apa kalau tidak ada susu? Ini nih, banyak orang-orang yang menganggap kalau susu itu harus ada untuk nutrisi tambahan. Padahal enggak. Bayi dan anak-anak di luar negeri tidak ada yang meminum susu untuk menambah nutrisi. Nutrisi sudah ada dalam bahan makanan yang tersedia di negeri ini, contoh buah-buahan, singkong, ubi, jagung, roti. Sepertinya suami masih agak keberatan dengan ini, tapi perlahan, dia akan paham kenapa susu gak penting. 

Biarlah Diptyan meminum susu hanya di daycare karena teman-temannya juga minum susu. Namun di rumah, tetap gak boleh susu. Gantinya, buah-buahan dan makanan lainnya yang lebih kaya nutrisi. Oke. Yuk, perbaiki pola makan lagi, perbaiki berat badan lagi. Daaaan... menyapih itu bukan berarti harus mengganti ASI dengan susu lainnya. Siap menyapih, keterampilan makan anak juga harus sudah dikuasai dengan benar. Bukan hanya menambal rasa lapar dengan susu.

Oh ya, ada yang kelupaan. Bunda-bunda Daycare juga ngasih saran proses penyapihan. Ada yang ngasih saran dikasih pewarna atau pahit-pahit di puting, ada yang ngasih saran dicekokkin jamu, ada juga yang ngasih saran diganti dengan susu. Aku iya-in aja. Sambil aku bilang kalau aku gak tega jika harus melakukan hal-hal tersebut. Selain membohongi anak, anak juga menjadi tidak sadar kalau dia sedang disapih. Dan aku gak mau begitu.

Bismillah...Yuk Dip, kita bisa berproses bersama.

Komentar

Postingan Populer